Simbol Gotong Royong yang Semakin Sulit Ditemukan di Era Modern
3 mins read

Simbol Gotong Royong yang Semakin Sulit Ditemukan di Era Modern


Bersih Desa merupakan tradisi yang kini cukup sulit ditemukan, berikut ulasan lengkapnya (Dok. Trenggalekkab)

KabarJawa.com – Tradisi sering kali memiliki tempat istimewa dalam kehidupan masyarakat Jawa. Salah satu yang menarik untuk dibahas adalah ritual Bersih Desa.

Walaupun kini semakin jarang dilakukan, upacara adat ini sesungguhnya bukan hanya sekadar kegiatan budaya, melainkan juga sarat dengan nilai spiritual, filosofi, dan simbol kebersamaan.

Asal Usul dan Makna Bersih Desa

Bersih Desa merupakan warisan budaya yang telah dipraktikkan turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Tradisi ini erat kaitannya dengan hubungan manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Berdasarkan laman UGM, diketahui bahwa tradisi Bersih Desa biasanya dilakukan pada bulan Suro, bulan yang dianggap sakral dan penuh makna.

Pada praktiknya, masyarakat desa melakukan beragam kegiatan, mulai dari kenduri bersama, menyiapkan sesaji untuk danyang atau roh pelindung desa, menggelar pertunjukan kesenian tradisional hingga kegiatan kerja bakti.

Tidak jarang wayang kulit, campursari, atau tarian rakyat menjadi bagian penting dari rangkaian acara. Semua itu menjadi simbol kebersamaan sekaligus cara menjaga harmoni dengan leluhur dan alam sekitar.

Nilai Filosofis dalam Rangkaian Acara Bersih Desa

Lebih dalam lagi, ritual Bersih Desa menyimpan banyak filosofi kehidupan. Pertama, tradisi ini mengajarkan rasa syukur atas hasil bumi yang diberikan.

Kedua, tradisi ini juga dimaknai sebagai kegiatan doa bersama agar desa dijauhkan dari marabahaya. Ketiga ialah menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur yang diyakini telah memberi perlindungan sejak lama.

Selain itu, nilai-nilai gotong royong dalam tradisi ini sangat terlihat jelas. Pasalnya dalam pelaksanannya, biasanya warga juga saling bekerja sama membersihkan lingkungan, memperbaiki jalan, hingga membersihkan sumber mata air desa.

Inilah yang menjadikan Bersih Desa bukan hanya ritual sakral, tetapi juga media membangun solidaritas sosial.

Bahkan jika ditarik lebih luas, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dimaknai sebagai bentuk pendidikan karakter, yang sejalan dengan nilai Islami maupun kearifan lokal Jawa.

Apakah Bertahan di Era Modernisasi?

Sayangnya, di era modern, tradisi Bersih Desa semakin sulit ditemukan. Gaya hidup praktis, kesibukan masyarakat, hingga arus globalisasi membuat banyak desa perlahan meninggalkannya. Namun demikian, ritual ini tidak benar-benar hilang.

Di beberapa daerah, seperti Desa Pusungmalang, Kalurahan Josenan di Madiun, sebagian wilayah Ngawi, hingga beberapa desa di Yogyakarta, upacara Bersih Desa masih digelar secara berkala.

Biasanya, masyarakat setempat tetap menjaga konsistensi pelaksanaan, meskipun hanya dilakukan setahun sekali atau bahkan dua tahun sekali.

Hal ini menunjukkan bahwa meski langka, Bersih Desa tetap memiliki tempat di hati masyarakat yang menghargai warisan budaya.

Simbol yang Perlu Dijaga

Bersih Desa adalah lebih dari sekadar ritual. Tradisi ini ialah simbol gotong royong, penghormatan leluhur, serta doa bersama untuk kehidupan yang lebih baik.

Meski zaman berubah, nilai yang terkandung di dalamnya tetap relevan hingga kini. Tradisi ini memberi pengingat bahwa kebersamaan, kepedulian terhadap lingkungan, serta rasa syukur adalah fondasi penting dalam membangun kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian, meskipun semakin jarang ditemui, Bersih Desa tetaplah sebuah tradisi yang layak dilestarikan. Tradisi ini bukan hanya cerita masa lalu, tetapi juga warisan berharga yang masih bisa memberi makna di era modern.***

News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door