Perjalanan Hidup dan Kematian dalam Pandangan Jawa
KabarJawa.com – Ketika menelisik soal kekayaan intelektual masyarakat Jawa, kita akan menemukan berbagai falsafah hidup yang mendalam.
Di antara semuanya, ada satu konsep yang dianggap sebagai puncak pemikiran spiritual dan eksistensial, yaitu Sangkan Paraning Dumadi.
Ungkapan filosofis ini jauh lebih dari sekadar deretan kata, yang mana ini ialah panduan hidup, ajakan untuk merenung, dan peta perjalanan spiritual manusia.
Filosofi ini tidak hanya relevan bagi generasi masa lalu, tetapi justru menjadi penawar di tengah krisis makna zaman modern.
Untuk memahami kekayaan makna yang terkandung di dalamnya, mari kita telaah secara mendalam apa itu Sangkan Paraning Dumadi dan bagaimana relevansinya di era kontemporer.
Inti Sari Sangkan Paraning Dumadi – Asal dan Tujuan
Secara harfiah, Sangkan Paraning Dumadi merupakan ungkapan berbahasa Jawa yang mengupas tuntas tentang asal usul manusia dan seluruh ciptaan.
Ungkapan ini berfungsi sebagai penuntun spiritual agar manusia mampu mengenal Tuhannya secara lebih dekat melalui pengenalan terhadap diri sendiri.
Secara etimologis, istilah ini dapat dipecah menjadi dua komponen utama yang saling melengkapi yakni:
Sangkaning Dumadi (Asal-Usul Kehidupan)
Kata sangkan berarti asal atau dari mana, dan dumadi berarti terjadi atau diciptakan. Bagian ini mengajak manusia merenungkan dari mana mereka berasal, yaitu Sang Maha Pencipta.
Paraning Dumadi (Tujuan Akhir Kehidupan)
Kata paran berarti tujuan atau ke mana, dan dumadi berarti kehidupan. Bagian ini menjelaskan bahwa tujuan akhir dari seluruh eksistensi adalah kembali kepada sumber asal, yaitu Tuhan.
Oleh karena itu, Sangkan Paraning Dumadi adalah sebuah ajaran filosofis yang mengajarkan manusia untuk sadar akan asal-usulnya dan tujuan akhir hidupnya, mendorong terciptanya kehidupan yang bermakna dan bertanggung jawab sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta.
Memahami Diri
Pentingnya ajaran ini terletak pada instruksi dasarnya. Berdasarkan laman resmi Kalurahan Panggungharjo, Sangkan Paraning Dumadi juga berisi nilai-nilai yang bersumber pada berbagai sifat baik yang dimiliki Tuhan.
Konsep ini juga mengajarkan kepada setiap individu untuk mengenal siapa dirinya terlebih dahulu, sebelum ia melangkah untuk mengenal siapa Tuhannya.
Pemahaman yang mendalam akan jati diri yang sejati inilah yang diyakini akan menjadi jalan terdekat bagi manusia untuk merasakan kedekatan dengan Sang Maha Pencipta.
Dengan demikian, falsafah ini adalah ajaran yang mengajarkan tentang kehidupan yang bermakna dan bertanggung jawab.
Kesadaran akan asal dan tujuan akhir hidup mendorong manusia untuk mengamalkan rasa syukur kepada pencipta melalui tindakan nyata di dunia.
Tiga Pilar Substansial yang Mengikat Realitas
Filosofi ini ternyata memiliki cakupan yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada eksistensi individu. Menurut pemahaman Jawa, konsep Sangkan Paraning Dumadi dapat dibagi menjadi tiga hal substansial yang mengikat realitas:
Sangkan Paraning Dumadi (Awal dan Akhir Penciptaan Alam Semesta)
Pilar pertama ini berfokus pada keseluruhan alam raya. Ia mengajarkan bahwa seluruh semesta beserta isinya memiliki awal (penciptaan) dan akan memiliki akhir (kembali pada sumbernya).
Sangkan Paraning Manungsa (Awal dan Akhir Penciptaan Manusia)
Pilar kedua secara spesifik membahas eksistensi manusia. Setiap individu berasal dari Tuhan dan tujuan akhirnya adalah kembali menyatu dengan Tuhan.
Sangkan Paraning Dumadining Manungsa (Awal dan Akhir Penciptaan Alam Semesta dan Manusia)
Pilar ini adalah puncak integrasi, menegaskan bahwa alam semesta dan manusia adalah dua hal yang tidak terpisahkan dan keduanya mengikuti siklus awal dan akhir yang sama.
Relevansi Sangkan Paraning Dumadi di Era Modern
Meskipun merupakan warisan budaya kuno, falsafah ini justru menjadi sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat di era modern yang serba cepat, materialistis, dan penuh kesibukan. Sangkan Paraning Dumadi menawarkan penawar di tengah kekacauan makna hidup.
Ada dua manfaat penting yang dapat dimaknai dari filosofi ini di masa sekarang:
1. Menemukan Makna Hidup dalam Kesibukan Modern
Di tengah arus globalisasi, materialisme, dan kesibukan yang konstan, manusia sering kali merasa kehilangan arah dan hampa. Mereka terjebak dalam perlombaan duniawi tanpa tahu apa tujuan akhirnya.
Filosofi ini mengingatkan bahwa hidup bukan sekadar tentang pencapaian fisik dan materi, tetapi sebuah perjalanan spiritual.
Dengan merenungi dari mana ia berasal dan ke mana ia akan kembali, seseorang dapat menemukan makna hidup yang lebih dalam, sehingga setiap aktivitas duniawi dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
2. Menjaga Keseimbangan Batin dan Kerohanian
Gaya hidup modern sering kali mengedepankan hiburan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta materi, yang secara tidak sadar dapat menyebabkan ketergantungan dan kekosongan spiritual.
Sangkan Paraning Dumadi mengajak manusia untuk menjaga keseimbangan batin dan kerohanian. Ini adalah ajakan untuk tidak terlalu didominasi oleh pengejaran duniawi semata.
Refleksi terhadap jati diri, alam semesta, dan hubungan dengan Tuhan menjadi jangkar agar manusia tetap teguh di tengah badai kemajuan zaman.
Refleksi Perjalanan Hidup dan Kematian
Intinya, Sangkan Paraning Dumadi adalah sebuah refleksi mendalam tentang Perjalanan Hidup dan Kematian dalam Pandangan Jawa.
Falsafah ini mengingatkan kita bahwa keberadaan di dunia fisik hanyalah persinggahan. Dengan memahami bahwa kita berasal dari Yang Satu dan akan kembali kepada-Nya, manusia didorong untuk menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab, etika, dan kesadaran spiritual.
Dengan demikian, konsep ini tergolong warisan budaya yang tak lekang oleh waktu yang mana bkaal menjadi pegangan kokoh bagi siapa pun yang mencari kebenaran sejati di tengah hiruk pikuk kehidupan.***
News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door