Makna dan Alasan Masih Tetap Ada di Zaman Modern
4 mins read

Makna dan Alasan Masih Tetap Ada di Zaman Modern


Ilustrasi tradisi Lek-Lekan Jawa (Burhan Andre)

KabarJawa.com – Dalam kehidupan masyarakat Jawa yang dikenal kaya akan nilai budaya dan filosofi, ada satu tradisi yang mungkin tidak sepopuler upacara adat lainnya, namun masih bertahan hingga kini, yaitu tradisi Lek-Lekan.

Sekilas, kegiatan ini tampak sederhana karena hanya berupa kebiasaan berjaga atau tidak tidur semalaman.

Namun, di balik kesederhanaannya, tersimpan makna sosial dan spiritual yang sangat dalam. Tradisi ini tidak sekadar tentang melek dan minum kopi, tetapi juga sarat dengan nilai kebersamaan, doa, dan pelestarian budaya yang masih relevan di tengah kehidupan modern.

Apa Itu Tradisi Lek-Lekan?

Secara harfiah, Lek-Lekan berarti begadang atau tetap terjaga semalaman. Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber termasuk laman resmi Desa Dero, tradisi ini biasanya dilakukan pada momen-momen penting seperti pernikahan, kelahiran, hingga kematian.

Pada malam tersebut, masyarakat akan berkumpul di rumah keluarga yang sedang memiliki hajat dan mengisi malam dengan berbagai kegiatan, mulai dari berdoa, bersholawat, berbincang santai, hingga menikmati sajian sederhana seperti kopi atau jajanan tradisional.

Meskipun terlihat sederhana, tradisi ini sesungguhnya memiliki nilai sosial yang tinggi. Lek-Lekan bukan hanya kegiatan berjaga tanpa tidur, melainkan juga menjadi bentuk dukungan moral dan emosional dari masyarakat sekitar kepada keluarga yang sedang memiliki acara. Melalui tradisi ini, terjalin interaksi sosial yang akrab dan penuh kekeluargaan.

Makna Filosofis Tradisi Lek-Lekan

Bagi masyarakat Jawa, Lek-Lekan mengandung makna filosofi yang mendalam. Salah satu makna utamanya adalah gotong royong atau kebersamaan.

Dalam suasana Lek-Lekan, warga berkumpul tanpa pamrih, berbagi cerita, dan menjaga satu sama lain.

Kegiatan ini mempererat tali silaturahmi, memperkuat rasa solidaritas, serta menjadi ajang untuk memperbarui hubungan sosial yang mungkin renggang karena kesibukan sehari-hari.

Selain itu, tradisi ini juga memiliki makna spiritual. Lek-Lekan kerap disertai dengan doa bersama, pembacaan ayat suci, atau sholawatan sebagai wujud permohonan kepada Tuhan agar acara yang akan dilaksanakan berjalan lancar dan membawa keberkahan.

Bagi masyarakat yang melaksanakannya, begadang semalaman bukan sekadar berjaga, tetapi juga simbol kesiapsiagaan dan bentuk doa agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Dengan demikian, Lek-Lekan menjadi bentuk nyata dari keseimbangan antara hubungan sosial dan spiritual. Di satu sisi, tradisi ini dilakukan demi memperkuat hubungan antarmanusia, sementara di sisi lain mampu meneguhkan hubungan manusia dengan Tuhan.

Mengapa Tradisi Ini Masih Bertahan di Zaman Modern?

Menariknya, meskipun zaman telah berubah dan kehidupan semakin modern, tradisi Lek-Lekan masih dapat dijumpai di sejumlah daerah di Jawa.

Keberadaannya tetap dijaga karena mengandung nilai-nilai yang dianggap penting oleh masyarakat. Ada beberapa alasan mengapa tradisi ini tetap lestari hingga sekarang.

Pertama, Lek-Lekan dianggap sebagai bentuk pelestarian identitas budaya. Dalam kehidupan modern yang serba cepat, masyarakat tetap membutuhkan simbol yang mengingatkan mereka pada akar budaya dan kearifan lokal.

Tradisi ini menjadi pengingat bahwa nilai kebersamaan dan gotong royong adalah bagian penting dari jati diri orang Jawa.

Kedua, fungsi sosialnya masih sangat relevan. Di tengah kesibukan dan individualisme masyarakat modern, Lek-Lekan memberikan ruang bagi warga untuk saling berinteraksi secara langsung.

Momen ini menjadi kesempatan untuk saling mengenal, berbagi cerita, dan memperkuat rasa kebersamaan yang mungkin jarang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, nilai spiritualnya juga tetap hidup. Doa dan kegiatan keagamaan yang dilakukan dalam tradisi ini memberikan ketenangan batin dan rasa syukur atas kehidupan.

Meskipun banyak masyarakat kini hidup di kota dengan gaya hidup modern, doa dan rasa syukur tetap menjadi bagian penting dari kehidupan mereka.

Tak Sekadar Begadang

Jadi kesimpulannya, tradisi Lek-Lekan bukan sekadar kebiasaan berjaga di malam hari. Tradisi ini adalah cerminan kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Jawa yang sarat makna.

Dari kegiatan ini, terlihat bagaimana masyarakat saling mendukung, menjaga harmoni, serta memelihara nilai-nilai luhur yang diwariskan leluhur.

Hingga kini, Lek-Lekan tetap menjadi bagian dari budaya Jawa yang hidup dan terus dijaga. Bukan hanya sebagai kebiasaan, tetapi juga sebagai simbol bahwa dalam setiap perubahan zaman, nilai kebersamaan, kejujuran, dan doa tidak pernah lekang oleh waktu.***

News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door