
dari Menu Rakyat hingga Kuliner Ikonik di Warung Tegal
KabarJawa.com – Jika kita membahas mengenai kekayaan kuliner Jawa, maka rasanya tidak lengkap tanpa menyebut pecel.
Hidangan yang terdiri dari aneka sayuran rebus yang disiram sambal kacang ini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa sejak berabad-abad lalu.
Pecel bukan hanya soal rasa yang gurih dan pedas, tetapi juga tentang filosofi, sejarah panjang, dan kedekatannya dengan kehidupan rakyat kecil.
Dari masa kerajaan hingga era modern, pecel tetap menjadi simbol kuliner yang merakyat dan tak lekang oleh waktu.
Asal Usul Pecel Jawa
Asal mula pecel memiliki banyak versi, namun diduga bahwa hidangan ini sudah ada sejak masa Mataram Islam.
Salah satu kisah yang cukup populer menyebut bahwa pecel pertama kali dibuat oleh Ki Ageng Pamanahan untuk disajikan kepada Sunan Kalijaga.
Karena Sunan Kalijaga dikenal tidak menyukai makanan pedas, maka Ki Ageng Pamanahan menyiapkan sajian sederhana berupa nasi, sayur-sayuran rebus, urap, dan sambal kacang dengan rasa yang lembut dan tidak terlalu menyengat. Dari sinilah konon awal mula pecel dikenal sebagai hidangan khas rakyat Jawa.
Sementara itu, dalam catatan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dijelaskan bahwa kata “pecel” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “dihancurkan” atau “ditumbuk”.
Kata ini mengacu pada proses pembuatan sambal pecel yang menggunakan kacang tanah goreng yang ditumbuk bersama cabai, kencur, gula merah, daun jeruk, dan bahan bumbu lain hingga menjadi sambal yang kental nan harum.
Dalam kehidupan masyarakat agraris Jawa, pecel menggambarkan kesederhanaan sekaligus kecerdasan masyarakat dalam memanfaatkan hasil bumi seperti sayur dan kacang tanah menjadi makanan bergizi.
Dari berbagai versi tersebut dapat disimpulkan bahwa pecel bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari budaya masyarakat Jawa yang sarat makna, menggambarkan kehangatan, kebersamaan, dan kesederhanaan hidup.
Dari Dapur Rakyat Menjadi Hidangan Sejuta Umat
Seiring berjalannya waktu, pecel menjadi makanan rakyat yang bisa ditemukan di hampir setiap sudut Pulau Jawa, dari pedesaan hingga kota besar.
Tak sulit menemukan warung kecil yang menjual nasi pecel dengan harga terjangkau, disajikan bersama tempe goreng, peyek kacang, atau telur dadar. Popularitasnya yang merata membuat pecel disebut sebagai salah satu simbol kuliner rakyat Jawa.
Kelezatan pecel tidak hanya berasal dari bahan-bahan sederhana, tetapi juga dari rasa yang familiar di lidah masyarakat.
Kombinasi antara gurih, manis, pedas, dan segar membuat siapa pun bisa menikmatinya. Tidak heran jika pecel dianggap sebagai makanan yang merepresentasikan karakter orang Jawa yang sederhana, hangat, dan mudah beradaptasi.
Ragam Pecel dari Berbagai Daerah
Meski secara umum bahan dasarnya sama, setiap daerah di Jawa memiliki variasi pecel dengan cita rasa yang berbeda. Di Jawa Timur misalnya, terdapat beberapa jenis pecel terkenal seperti Pecel Madiun, Pecel Kediri, dan Pecel Blitar.
Pecel Madiun dikenal dengan sambalnya yang cenderung manis dan lembut, sering disajikan bersama rempeyek atau tempe bacem.
Pecel Kediri berbeda lagi, sambalnya lebih pedas dan memiliki tekstur yang agak kasar. Sementara itu, Pecel Blitar biasanya disajikan dengan tambahan lauk seperti empal, sate usus, atau telur ceplok.
Keberagaman ini menunjukkan betapa luasnya pengaruh pecel dalam kuliner Jawa, menyesuaikan dengan karakter rasa dan bahan lokal di tiap daerah.
Selain di Jawa Timur, pecel juga banyak ditemukan di Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan versi yang sedikit berbeda.
Ada yang menambahkan kembang turi, rebung, atau bahkan petai cina dalam campuran sayurnya. Masing-masing variasinya memiliki kekhasan tersendiri, tetapi semuanya tetap mempertahankan sambal kacang sebagai jiwa utama hidangan pecel.
Pecel, Ikon Warung Tegal
Pecel tidak hanya menjadi makanan khas di daerah asalnya, tetapi juga telah menembus berbagai tempat di Indonesia, terutama melalui Warung Tegal atau yang akrab disebut Warteg.
Di warung-warung semacam ini, pecel menjadi salah satu menu yang paling sering dicari oleh pelanggan.
Warteg yang dikenal menyajikan makanan rumahan dengan harga terjangkau menjadikan pecel sebagai salah satu ikon menunya.
Masyarakat yang merantau dari Jawa sering kali menemukan nostalgia kampung halaman ketika mencicipi nasi pecel di warung Tegal.
Dari sinilah kemudian pecel semakin identik dengan kuliner warteg, menjadi simbol makanan rakyat yang mengenyangkan dan tetap menggugah selera.
Bahkan, di banyak kota besar seperti Jakarta, pecel di warteg sering menjadi pilihan utama saat sarapan atau makan siang.
Kesederhanaannya justru menjadi daya tarik tersendiri, karena menghadirkan cita rasa khas pedesaan di tengah hiruk pikuk kehidupan kota.
Pecel, Bukti Hidupnya Kuliner Jawa
Dari kisah sejarahnya yang panjang hingga kehadirannya di meja makan masyarakat modern, pecel membuktikan bahwa tradisi bisa tetap hidup tanpa kehilangan jati dirinya.
Makanan yang satu ini lahir dari dapur rakyat, tumbuh bersama sejarah Jawa, dan kini menjadi bagian penting dari identitas kuliner Indonesia.
Pecel bukan hanya makanan, tetapi cerminan nilai-nilai kehidupan: kesederhanaan, keikhlasan, dan kebersamaan.
Dari Mataram Islam hingga era Warteg, dari ladang hingga kota metropolitan, kehadiran pecel selalu mengingatkan kita bahwa cita rasa terbaik sering kali lahir dari sesuatu yang sederhana namun dibuat dengan sepenuh hati.
Kini, nasi pecel tidak hanya menjadi santapan harian, tetapi juga warisan kuliner yang layak dilestarikan.
Dan nyatanya, sajian tersebut telah menjelma menjadi ikon budaya yang menyatukan masa lalu dan masa kini, membuktikan bahwa kekayaan kuliner Jawa memang tidak pernah lekang oleh waktu.***
News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door