Antara Syiar Agama, Solidaritas, dan Hiburan Rakyat
KabarJawa.com – Di antara sekian banyaknya tradisi di tanah Jawa, sunatan massal menempati posisi istimewa sebagai wujud perpaduan antara nilai keagamaan, semangat sosial, dan kearifan budaya.
Tradisi ini tak hanya sekadar prosesi keagamaan untuk menunaikan salah satu syariat Islam, tetapi juga telah menjadi simbol kebersamaan dan gotong royong masyarakat Jawa.
Dalam pelaksanaannya, sunatan massal sering kali menghadirkan suasana hangat, penuh rasa syukur, dan kemeriahan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari keluarga peserta hingga warga yang datang sekadar menyaksikan.
Akar Religius Sunatan Massal sebagai Wujud Syiar Islam
Dalam ajaran Islam, khitan atau sunat merupakan anjuran yang memiliki makna mendalam sebagai bentuk penyucian diri dan ketaatan kepada Allah.
Dalam masyarakat Jawa, anjuran ini kemudian sering kali diwujudkan dalam bentuk kegiatan sunatan massal yang diorganisir oleh berbagai pihak seperti masjid, organisasi Islam, lembaga sosial keagamaan, maupun pemerintah daerah.
Melalui kegiatan ini, nilai-nilai keislaman disampaikan secara luas dan mudah diterima oleh masyarakat, terutama di kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Sebelum pelaksanaan khitan, biasanya kegiatan diawali dengan tausiah atau ceramah agama dari para ustadz dan tokoh masyarakat.
Ceramah tersebut tidak hanya menjelaskan pentingnya khitan dalam ajaran Islam, tetapi juga menekankan pentingnya pendidikan akhlak dan tanggung jawab orang tua dalam membimbing anak-anak mereka.
Prosesi doa bersama, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, serta iringan shalawat turut menambah kekhusyukan suasana, menjadikan kegiatan ini juga sebagai bagian dari syiar serta pembinaan rohani.
Cerminan Solidaritas dan Gotong Royong
Salah satu keindahan dari tradisi sunatan massal terletak pada semangat gotong royong yang menyertainya.
Di berbagai daerah di Jawa, kegiatan ini hampir selalu dilaksanakan secara gratis. Pendanaan biasanya berasal dari sumbangan masyarakat, infak, zakat, hingga dukungan pemerintah daerah.
Melalui kegiatan ini, keluarga yang kurang mampu dapat menunaikan kewajiban agama tanpa terbebani biaya besar.
Partisipasi berbagai pihak juga menunjukkan kuatnya solidaritas sosial di masyarakat Jawa. Para tenaga medis seperti dokter dan perawat kerap turun langsung secara sukarela, menyumbangkan tenaga dan keahlian mereka tanpa imbalan.
Warga sekitar turut membantu dengan menyiapkan tempat, konsumsi, hingga perlengkapan acara. Semua bekerja bersama demi satu tujuan yaitu meringankan beban sesama serta menebarkan kebahagiaan.
Nilai-nilai kebersamaan inilah yang membuat tradisi sunatan massal terus bertahan hingga kini. Ini tak hanya kegiatan keagamaan, melainkan juga bentuk nyata dari kepedulian sosial yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Tradisi Sunatan di Era Modern
Berbeda dari khitan biasa, tak jarang acara sunatan massal di Jawa dikemas dalam nuansa yang meriah. Artinya, acara ini sering kali dilengkapi dengan hiburan seperti pertunjukan musik, tari tradisional, wayang, kuda lumping, hingga kehadiran badut untuk menghibur anak-anak.
Tujuannya sederhana, yaitu agar anak-anak tidak takut menghadapi prosesi khitan dan justru mengingatnya sebagai momen bahagia.
Banyak pula kegiatan sunatan massal yang diselenggarakan bertepatan dengan hari besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, atau Maulid Nabi.
Selain itu, kegiatan tersebut juga kerap digelar untuk memperingati hari jadi suatu wilayah. Misalnya, berdasarkan laman resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, tercatat bahwa pada Januari 2025 lalu, ratusan anak mengikuti khitan massal di Rumah Sakit Umum Daerah Ir Soekarno Ketanggungan dan RSUD Bumiayu Brebes.
Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-347 Kabupaten Brebes, menandakan bahwa tradisi ini masih hidup dan terus dijaga di era modern.
Di pedesaan, sunatan massal bahkan menjadi ajang silaturahmi dan hiburan bagi warga. Mereka datang tidak hanya untuk mendampingi anak yang akan disunat, tetapi juga untuk menikmati suasana kebersamaan, menyapa tetangga, dan menyantap hidangan yang disediakan panitia.
Bagi anak-anak, pengalaman ini menjadi kenangan indah yang akan melekat sepanjang hidup mereka.
Tradisi yang Terus Bertahan
Meskipun zaman terus berubah, semangat di balik tradisi sunatan massal tetap sama yakni menjalankan ajaran agama, menumbuhkan solidaritas sosial, dan mempererat tali persaudaraan.
Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat Jawa mampu memadukan nilai-nilai religius dengan budaya gotong royong yang diwariskan turun-temurun.
Lebih dari sekadar prosesi khitan, sunatan massal adalah potret nyata harmoni antara spiritualitas dan kemanusiaan.
Tradisi tersebut termasuk bentuk dakwah yang membumi, sekaligus bukti bahwa nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian sosial masih hidup kuat di tengah masyarakat Jawa hingga hari ini.
Dengan semangat itu pula, tradisi ini akan terus lestari sebagai bagian penting dari warisan budaya bangsa Indonesia.***
News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door